Rabu, 25 November 2015

SKK (Syarat - Syarat Keselamatan Kerja) pada Penambangan Batu Akik



Berbicara soal batu akik yang sedang booming saat ini, tentu tidak bisa dipisahkan dengan jenis batu akik Bacan. Batu akik jenis bacan merupakan salah satu batu akik yang paling populer dan paling disukai oleh para kolektor batu akik. Konon kabarnya batu akik jenis ini memiliki harga yang begitu tinggi dan memiliki pesona tersendiri. Menurut informasi harganya cukup mahal bisa bisa mencapai belasan hingga puluhan juta rupiah , hmmm.. harga yang fantastis untuk hanya sekedar batu seperti ini.
Batu akik jenis bacan ini memiliki sejarah yang panjang dalam pencantuman batu mulia di Indonesia. Sejak dulu sampai sekarang batu ini sangat diminati oleh konsumen maupun para kolektor, baik para kolektor dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Untuk mengenal lebih dekat batu akik bacan, kita hatus mengetahui lebih detail tentang batu bacan seperti sejarah dan proses pengambilannya akan di paparkan dibawah ini: 

1. Sejarah Batu Akik Bacan
Salah satu jenis batu mulia ini berasal dari daerah Maluku Utara. Perlu Anda ketahui bahwa sebenarnya nama ‘bacan’ bukan berasal dari nama daerah. Daerah penghasil batu bacan sendiri yaitu Pulau Kasiruta. Asal mula nama ‘Bacan’ sendiri diambil dari nama pulau tempat dimana diperdagangkannya batu akik tersebut. Banyak para kolektor batu mulia dari luar negeri mulai berburu batu jenis ini pada sekitar tahun 1994, namun di Indonesia sendiri baru mulai populer pada sekitar tahun 2005. Batu bacan merupakan batu perhiasan penting pada masa kesultanan Bacan, Jailolo, Tidore dan Ternate. Batu Bacan merupakan batuan alterasi yang berasal dari batuan beku dan vulkanik dengan mineral penyusunnya terdiri dari kuarsa, krisokola, limonit, sedikit azurit dan pembawa tembaga dan besi.
2. Proses Pengambilan Batu Akik Bacan
Batu yang hanya terdapat di Indonesia ini, tepatnya di pulau Kasiruta, Halmahera Selatan, di tambang secara tradisional, dengan menggali lubang di kaki pegunungan di tengah-tengah hutan belantara, dengan galian paling tidak sedalam 10 meter bahkan bisa lebih untuk membuat galian ini memerlukan waktu selama 1 hari. Para penambang hanya bermodalkan palu dan lingis untuk memahat setiap dinding – dinding tebing dan sebuah penerangan lampu di atas kepala.  Para penambang rela melewati medan/lokasi penambangan sangat sulit dan berbahaya. Apalagi pada saat hujan turun para penambang harus berhati – hati karena medan/lokasi yang di tempuh sangat licin yang dapat menyebabkan mereka tergelicir sewaktu – waktu. Banyak jatuh korban yang meninggal dunia dalam pencarian batu bacan, hal ini karena tertimpa pohon, tertimpa batu, kekurangan oksigen dan  lain – lain .

Dengan adanya kejadian seperti itu para pemilik pertambangan batu bacan seharusnya melindungi para penambangnya dengan menerapkan SKK (Syarat – Syarat Keselamatan Kerja) yang telah diatur dalam UU No.1 tahun 1970. Penambangan batu akik di Indonesia sendiri sangat tidak sesuai dengan Tujuan SKK yang telah di tetapkan. Masih banyak penambang batu akik yang menggunakan alat – alat yang sederhana untuk mengambil batu akik , menggunakan penerangan seadanya dan juga tanpa meberikan alat untuk perlindungan diri. Hal ini dapat membahayakan keselamatan para penambang. Seharusnya para pemilik pertambangan batu akik menyiapkan peratan keselamatan kerja sesuai dengan UU seperti Safety shoes untuk melindungi kaki dari benda tajam dan mencegah untuk tergelincir, Safety helmet untuk melindungi kepala dari benda atau batuan-batuan yang jatuh , Sunglasses (Kacamata) untuk melindungi mata dari masuknya debu akibat proses pencarian batu akik, Masker + ear plug untuk menutupi hidung dari masuknya debu, dan yang terakhir menyiapkan Kotak P3K di setiap lokasi pertambangan bertujuan jika terjadi kecelakaan yang bersifat kecil. Dengan begitu, dapat sedikit mengurangi terjadinya kecelakaan kerja dan juga menciptakan keamanan dan ketentraman bagi para penambang.

Berikut adalah contoh penambangan batu akik di pulau Kasiruta :


 
                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar